Kenapa Kamu Melakukan Zina, Banyak Yang Menjawab Karena Cinta ?

- Minggu, 12 Maret 2023 | 11:05 WIB
ilustrasi zina
ilustrasi zina

DAGANGBERITA.COM- Kata kata Cinta adalah sebuah kata yang sering diucapkan oleh banyak orang, baik laki laki ataupun perempuan. Saat ada orang yang berpacaran ditanya; kenapa kamu berpacaran, maka ia menjawab karena Cinta, ada juga orang yang melakukan perbuatan zina ketika ditanya; kenapa kamu melakukan zina, maka ia menjawab karena Cinta, dan ada pula orang yang menikah ketika ditanya; kenapa kamu menikah, maka ia menjawab karena Cinta.

Baca Juga: Seperti Layla dan Majnun, Pacitan Berdiri Mausoleum Cinta Megah Bertuliskan Sandi Vigenere Klasik

Kata Cinta ini sering dijadikan dalih atau dasar untuk membenarkan perbuatan seseorang akan ketertarikannya kepada orang lain, sehingga seakan-akan perbuatan mereka bisa dibenarkan semuanya saat dijawab karena didasari Cinta, padalah zina dan pacaran jelas jelas dilarang syariat islam. Sementara Cinta itu bukanlah sebuah perbuatan fisik yang nampak seperti berjalan, makan, minum, melambaikan tangan, berbicara, dan lain-lain.

Menurut ahli bahasa Arab Cinta yang dalam bahasa Arab diartikan dengan kata حب adalah sifah nafsiyah (sifat jiwa) yang bersumber dalam hati, bukan perbuatan anggota badan seperti berpacaran dan berzina. Jadi jangan pernah percaya bila diajak berzina dan berpacaran karena alasan Cinta, karena para PSK bisa melakukan hubungan layaknya suami istri di atas ranjang padahal mereka tidak mencintainya.

Baca Juga: Apakah Baru Baru Ini, Cinta Anda Ditolak ? Birikut Tipsnya

Sementara hati dalam bahasa Arab diartikan dengan kata قلب yang memiliki arti lain dengan makna "bolak-balik" artinya selama Cinta itu bersumber dalam hati maka ia bisa berbolak-balik, terkadang sangat mencintai, terkadang biasa-biasa saja, terkadang tidak, terkadang membenci, kembali mencintainya dan lain-lain. Itulah sebab kenapa dikatakan الحب يزيد وينقص (Cinta itu bisa bertambah dan berkurang).

Begitulah, banyak orang yang putus dari pacarnya dengan alasan karena sudah tidak mencintainya lagi, lalu balikan lagi karena alasan ternyata mencintainya lagi. Bahkan terkadang dijumpai suami istri bercerai karena alasan sudah tidak mencintai lagi, lalu dikemudian hari rujuk lagi dengan alasan kerena ternyata mencintai lagi atau ternyata masih mencintai.

Itulah kenapa, Allah SWT. tidak menjadikan Cinta (حب) sebagai dasar melaksanakan hubungan berumah tangga antara suami-istri karena Cinta (حب) itu bisa berkurang dan bisa bertambah, karena tempatnya dalam hati maka dirinya sendirilah yang tahu kapan berkurang dan kapan bertambah, tetapi Allah SWT. menjadikan مودة (kasih sayang) dan رحمة (rahmat, simpati, belaskasih, dll.) sebagai dasar hubungan suami-istri dalam rumah tangga untuk meraih sakinah, sebagaimana firman-Nya:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Mawaddah (Cinta kasih atau kasih sayang) adalah sebuah perilaku yang nampak dilakukan oleh anggota badan orang yang mencintai seseorang sehingga wujudnya dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain seperti sikap mesra antara suami-istri, sikap saling berpelukan antara suami-istri, sikap saling bersendagurau antara suami-istri, prilaku melakukan hubungan suami-istri, saling memuji antara suami-istri, saling mengucapkan kata-kata sayang antara suami istri, dan lain-lain.

Itulah kenapa suami-istri bisa saling bekerjasama untuk membuat suasana rumah tangganya penuh dengan mawaddah, baik saat حب itu sedang berkurang atau sedang bertambah karena mawaddahnya selalu tampak dalam kehidupan berumah tangga.

Adapun rohmah (balas kasih, simpati, dll.) juga merupakan sikap atau prilaku yang tampak bisa dilihat dan dirasakan oleh suami-istri, seperti suami membantu istrinya karena kasihan mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, istrinya membantu suaminya bekerja mencari nafkah karena kasihan melihat suaminya bekerja sendirian, suami istri saling tolong menolong, saling membantu untuk saling meringankan beban satu sama lain karena suami kasihan pada istrinya dan istrinya kasihan pada suaminya, dst.

Saat mawaddah dan rohmah itu senantiasa ada dalam sebuah rumah tangga, maka rumah tangga itu menjadi sakinah, suami merasa nyaman atau tenang saat bersama dengan istrinya dan istrinya merasa nyaman atau tenang saat bersama dengan suaminya.***

Editor: A. Muharram

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X